"Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik dari apa yang kita rencanakan.."
Maret 2012. Perkenalan
lewat dunia maya, komunikasi yang semakin hari semakin intens membuat aku ingin segera bertemu dengannya. Disetiap akhir
percakapan kita selalu ada harapan untuk bertemu. “Semoga Tuhan menghendaki
untuk kita bisa bertemu”, begitulah kalimat yang terucap dari ku dan dirinya.
Nata, itu sebutanku untuk dirinya. Hari-hari ku lewati dengan gelak canda dan
tawa bersamanya. Meski semua itu hanya lewat dunia maya, tapi aku merasa semua
itu nyata. Seakan kita sedang duduk berhadapan, saling lempar tawa. Namun,
beberapa bulan setelah itu aku mengetahui kenyataan yang sontak menghancurkan
hatiku jadi berkeping – keping. “Aku sudah menyayangi orang yang berada jauh
disana, di kampung halamannya”, begitu pengakuannya. Jleb! Rasanya hatiku seperti ditusuk dengan sebilah pedang. Rasa
bersalahpun muncul dalam diriku, yang telah menyimpan harapan sama kekasih
orang. Air mata pun tak terbendung lagi. Dalam hitungan detik, isak tangis pun
muncul. “Ah, ini resiko yang harus aku terima karena terlalu berharap” begitu
ucapku dalam hati. Tak ingin memperlihatkan rasa kecewa itu, aku pun membalas
pesannya dengan emoticon tersenyum. Aku tak mau dia tahu, kalo aku sedikit
kecewa dengan pengakuannya. Beberapa bulan yang lalu, aku sempet menemukan
tulisan didalam blognya yang ditujukan untuku. Tulisan itu berjudul “Ilusi Yang
Nyata”. Sungguh tulisan itu membuatku tertegun tak mampu berkata apa-apa, hanya
ada air mata yang membasahi pipi.
"Aku senang dan aku suka dengan deretan kata yang kau susun. Dengan intonasi bercanda, sindiran dan pujian kamu membawa aku larut dalam bayang-banyang ilusi. Seolah tak terbatas ruang, kita bercanda seakan kita dekat. kita tertawa dan bersedih seakan kita saling menatap. Tak terbatas waktu, pagi kamu sebut juga siang, malam ku bilang juga senja. Semua tak terikat aturan, hanya kesadaran diri yang membatasi kita selama ini. Kesadaran itu membuat kita mengerti kita tak dekat. Kita terpisah jarak, tak mungkin menyatukan Asia dan Afrika dalam sekejap karena aku tak punya kuasa itu. Aku sadar, kadang kamu tak sedang tersenyum meski emoticon mu tersenyum. Aku sadar, kita tak saling bertatap walau kadang aku bisa merasakan hangatnya dekapan mu. tapi meski aku sadar, aku tak pernah bisa menghindar. aku tak bisa lari dari semua ini, aku terperangkap dalam gelap, aku dihantui oleh banyang-banyangmu yang bersembunyi didalam gelap. yang selalu memaksaku mencumbu ilusi. Aku selalu berharap ilusi ini tak cuma sekedar asa. Aku berharap semua akan menjadi nyata, mungkin nanti, suatu hari atau mungkin nanti setelah mati. meski Tuhan tak mengizinkan kita berjumpa lagi, setidaknya aku pernah mengenal dirimu, yang membuat ku merasa gila. setidaknya aku pernah memandang wajah mu meski tak lama tapi sulit untuk ku lupa. dan setidaknya aku pernah tau kau pun berharap hal yang sama, meski kau lebih memilih memendamnya bersama ilusi yang membunuh ku, perlahan dari hati mu yang begitu menawan”.
Tulisan itu masih
aku simpan sampai detik ini pula. Tanggal 28 Oktober 2012, itu menjadi awal pertemuan
kita, dimana harapan kita telah terwujud. Dan selalu ada harapan untuk bisa
bertemu lagi, lagi dan lagi. Tuhan, selalu punya rencana yang indah, tanpa kita
duga. Rasa kecewa yang dulu bersemanyam di hati, kini sedikit demi sedikit
mulai hilang. Namun rasaku kepada dirinya tak pernah bisa hilang. Aku selalu
berdoa, agar Tuhan meredam semua rasa ini hingga tiba masanya semua menjelma
menjadi kenyataan. Kenyataan yang indah yang selalu aku impikan. Sampai detik
ini, rasa itu masih tersimpan rapi di dalam hati. Dengan besar hati aku
katakan, semoga kamu bahagia dengan pasangan kamu. Karena aku tau, kamu tak
ingin menyakiti hati yang ada nan jauh disana. Dan aku pun mengerti, karena aku
tak ingin melukai hatimu yang telah terisi dengan orang lain. Tuhan lebih tau
apa yang kita butuhkan. Aku pun tak ingin memaksakan perasaan. Aku masih punya
sahabat yang selalu menghiburku, orang tua dan saudara yang selalu ada buat
aku. Mengenalku membuatku hidupku jauh berwarna. Dan jogja menjadi saksi bisu,
atas semua rasa yang kusimpan terhadapmu. Semoga ada sedikit celah ditakdirnya
untukku. Namun, sayang sekali dia sudah menunjukan sikap bahwa tak ada celah
lagi dihatinya untuk diriku. Aku pun sadar, tak semua yang kita harapkan selalu
jadi kenyataann dan Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik dari apa yang
telah kita rencanakan.
0 komentar:
Posting Komentar