"Asal ada kemauan dan tekad semua yang kita inginkan pasti terwujud"
Malam itu rembulan tak lagi menampakan sinarnya,
angin berhembus terasa sangat dingin hingga menusuk ke dalam tulang rusuk.
Bulan duduk di bangku yang berada di bawah Pohon Linden. Ia menatap langit dan
berharap malam ini rembulan bersedia menampakkan sinarnya untuk menentramkan
hatinya yang lagi gundah. “Bulan, apa yang sedang kamu lakukan disana” tanya
kakak tertuanya dari depan pintu. “Tidak ada kok kak” jawabnya dengan melempar
senyum.Bintang, kakak tertua sangat sayang dengan Bulan. Mereka dari keluarga
yang sederhana dan pas-pasan. Tapi semua itu tak mengurangi sedikit kebahagian
di keluarga mereka. Sejenak setelah Bulan ditegur kakaknya, ia langsung masuk
ke rumah karena malam itu sudah sangat larut.
Keesokan harinya, Bulan berangkat seperti biasa.
Ia selalu menebar senyumnya untuk teman-temannya. Namun, sayang sekali teman
sekelasnya sering sekali mencercanya hanya karena ia berasal dari keluarga yang
sederhana. Sering sekali ia diperlakukan tidak adil oleh teman sekelasnya, dan
selalu menganggang rendahnya.
“Jangan
dekat sama Bulan, dia kan orang miskin, bodoh lagi” ujar temannya dengan nada
yang menyakitkan.
“Tidak tidak bodoh kok, Bulan pinter” sahut
temannya yang lain
Dalam hati Bulan berucap Tuhan, ampuni dosa mereka dan beri aku kesabaran yang berlimpah. Bulan
juga ingin mendapatkan Rangking pertama dan mendapatkan teman yang pintar
seperti mereka. Ia selalu menyimpan rasa sakitnya dengan sejuta senyum yang di
perlihatkan. Bulan pintar membalut sakit itu secara manis dengan sinar wajahnya
yang meneduhkan. Sepulang sekolah, Bulan selalu mampir dulu ke perpustakaan
untuk membaca buku. Kakak penjaga perpustakaan sudah hafal betul dengan Bulan. Bulan
juga menjadi pengurus perpustakaan itu karena permintaan kakak penjaga
perpustakaan. Disana ia mendapat pelajaran dari berbagai pengalaman yang pernah
dialami oleh kakak penjaga perpustakaan yang bernama Kak Mira. Kak Mira
sangatlah pintar, namun ia tetap rendah hati dan Bulan senang bisa berbagi
cerita dengannya.
“Kak, Bulan boleh cerita gak” tanyanya pelan.
“Tentu boleh dong, mau cerita apa ya”dengan
riang Kak Mira meresponnya.
“Bulan
pengen banget buktikan ke teman-teman kalau Bulan itu bukan anak bodoh, dan
Bulan juga bisa mendapatkan teman seperti mereka” tuturnya sambil menutup buku
yang ia baca.
“Bulan,
kamu bukan anak bodoh. Kamu itu pintar, kalau gak kenapa Kak Mira minta kamu
buat bantuin Kaka di sini” ujar Kak Mira sambil menatap Bulan.
“Terus
kenapa mereka mengatai Bulan begitu Kak. Nilai Bulan juga gak terlalu jelek.
Mereka juga senang sekali merendahkan Bulan” desaknya dengan nada serius.
“Sayang, jika mereka memperolok kamu balaslah
dengan senyuman. Kakak yakin kamu bisa mengalahkan dan membuktikan kepada
mereka kalau kamu bukanlah anak yang bodoh. Kalau Bulan mau setiap pulang
sekolah Bulan menyempatkan waktu ke perpustakaan ya, nanti Kakak ajarin apa
yang Bulan belum mengerti” jelas Kak Mira dengan melempar senyum.
“Boleh deh kak. Insya Allah Bulan usahakan
mampir kesini terus” sahutnya dengan riang.
Dengan wajah riang Bulan pulang dan berharap
malam ini ia bisa melihat sinar rembulan untuk bercerita tentang apa yang
terjadi kepadanya hari itu.
Malam itu rumah terasa sepi dan ini bukan hal
yang biasa. Ternyata keluarga Bulan sedang mengalami masalah keuangan. Itu
bukan kali pertamanya, hal itu sudah biasa terjadi. Bulan perlahan berjalan
menuju kursi yang ada di bawah pohon linden. Menatap gelapnya langit tanpa
adanya sinar bintang yang memperindah. Rembulan pun tak nampakkan lagi
sinarnya. “Rembulan kenapa hari ini kau sangat redup, ingin sekali aku
bersembunyi dibalik sinarmu yang cantik nan indah itu agar tiada orang tahu
tentang kesedihanku ini” ujar Bulan sambil menatap langit. Bulan nampak sedih
karena saat ini dia gak bisa berbuat apa-apa untuk orang tuanya, selain ia
belajar dan rajin menabung. Bulan cukup mandiri untuk anak yang duduk di bangku
SMP.
***
Dua bulan sudah berlalu dan Bulan berhasil
menyelesaikan Ujian Akhir dengan baik. Ia berharap kali ini mampu mendapatkan
Rangking pertama dan dengan membuat kedua orang tuanya bangga melihatnya naik
podium saat acara perpisahan.
“Bulan, Ujian kamu gimana?” tanya kakak Mira
yang sedang merapikan buku.
“Alhamdulillah Kak, Bulan bisa menyeleseikannya
dengan baik. Doakan saja ya kak, semoga hasilnya memuaskan” dengan tersenyum.
“Aamiin. Semoga hasilnya memusakan” jawab Kak
Mira.
Sekarang Bulan jadi rutin dateng ke
perpustakaan, waktu istrahat pun ia gunakan untuk bantu Kak Mira dan membaca
buku di perpustakaan. Kak Mira sudah
seperti Kakaknya sendiri. Nasehat, saran dan kritik selalu Kak Mira berikan
untuk memotivasi Bulan. Bulan anak yang baik, ia selalu mampu membungkus rapi
rasa sedihnya dalam senyuman. Mampu mengubur tangisnya dengan tawanya. Membalut
kekecewaannya dengan keriangangannya. Menyembunyikan lukanya dengan
kebahagiaanya. Dan ia selalu pintar dalam bersembunyi di balik Sinar Rembulan.
***
Tiba waktunya acara perpisahan, acara yang
ditunggu oleh Bulan. Berharap kali ini ia bisa naik podium berkat hasil kerja
kerasnya. Saat pembacaan prestasi belajar, ternyata nama Bulan disebut sebagai
murid berprestasi dengan rangking pertama. Rasa haru, gak percaya dan kaget
menyelimuti hatinya.
“Bulan, Selamat kamu dapat rangking pertama”
ucap Kak Bintang sambil memeluknya.
“Itu beneran nama Bulan Kak” tanyanya gak
percaya.
“Iya itu beneran nama kamu, ayo cepet sana naik
podium” ujar Kak Bintang meyakinkannya.
“Alhmdulillah. Bulan rangking pertama kak”
tersadar dan memeluk kakaknya.
Bulan bergegas naik ke podium, dan senyum
bahagia terlihat di wajahnya. Akhirnya Bulan mampu membuktikan bahwa rangking
pertama mampu ia dapatkan dengan kerja keras. Asal ada kemauan yang keras apa
yang kita impikan bisa kita wujudkan. Dan tak lupa niat, doa dan kerja keras. Semua
teman-temannya heran dan gak percaya melihat Bulan yang selalu mereka
perolok-olok kini naik podium dengan peringkat pertama.
“Selamat ya Bulan” ucap Kak Mira.
“Terima kasih ya Kak, ini juga karena bantuan
kakak” ujarnya sambil memeluk Kak Mira.
“Kamu gak perlu memerlukan Sinar Rembulan lagi
sayang, karena sinar itu sekarang terpanjar jelas di wajahmu” kara Kak Mira.
“Kakak, terima kasih banget ya” dengan harus dan
tersipun ia memeluknya Kak Mira.
Bulan tak perlu lagi menanti sinar rembulan
sambil duduk di bawah pohon Linden, karena sinar rembulan itu sudah ia
dapatkan. Sinar itu ia berikan untuk kedua orang tuanya, ketiga saudaranya dan
Kak Mira. “Bapak, ibu ini semua untuk kalian. Orang yang sangat berarti dalam
hidupku” ucap Bulan.
***