RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Menanti Sinar Rembulan



"Asal ada kemauan dan tekad semua yang kita inginkan pasti terwujud"
Malam itu rembulan tak lagi menampakan sinarnya, angin berhembus terasa sangat dingin hingga menusuk ke dalam tulang rusuk. Bulan duduk di bangku yang berada di bawah Pohon Linden. Ia menatap langit dan berharap malam ini rembulan bersedia menampakkan sinarnya untuk menentramkan hatinya yang lagi gundah. “Bulan, apa yang sedang kamu lakukan disana” tanya kakak tertuanya dari depan pintu. “Tidak ada kok kak” jawabnya dengan melempar senyum.Bintang, kakak tertua sangat sayang dengan Bulan. Mereka dari keluarga yang sederhana dan pas-pasan. Tapi semua itu tak mengurangi sedikit kebahagian di keluarga mereka. Sejenak setelah Bulan ditegur kakaknya, ia langsung masuk ke rumah karena malam itu sudah sangat larut.
Keesokan harinya, Bulan berangkat seperti biasa. Ia selalu menebar senyumnya untuk teman-temannya. Namun, sayang sekali teman sekelasnya sering sekali mencercanya hanya karena ia berasal dari keluarga yang sederhana. Sering sekali ia diperlakukan tidak adil oleh teman sekelasnya, dan selalu menganggang rendahnya.
“Jangan dekat sama Bulan, dia kan orang miskin, bodoh lagi” ujar temannya dengan nada yang menyakitkan.
“Tidak tidak bodoh kok, Bulan pinter” sahut temannya yang lain
Dalam hati Bulan berucap Tuhan, ampuni dosa mereka dan beri aku kesabaran yang berlimpah. Bulan juga ingin mendapatkan Rangking pertama dan mendapatkan teman yang pintar seperti mereka. Ia selalu menyimpan rasa sakitnya dengan sejuta senyum yang di perlihatkan. Bulan pintar membalut sakit itu secara manis dengan sinar wajahnya yang meneduhkan. Sepulang sekolah, Bulan selalu mampir dulu ke perpustakaan untuk membaca buku. Kakak penjaga perpustakaan sudah hafal betul dengan Bulan. Bulan juga menjadi pengurus perpustakaan itu karena permintaan kakak penjaga perpustakaan. Disana ia mendapat pelajaran dari berbagai pengalaman yang pernah dialami oleh kakak penjaga perpustakaan yang bernama Kak Mira. Kak Mira sangatlah pintar, namun ia tetap rendah hati dan Bulan senang bisa berbagi cerita dengannya.
“Kak, Bulan boleh cerita gak” tanyanya pelan.
“Tentu boleh dong, mau cerita apa ya”dengan riang Kak Mira meresponnya.
“Bulan pengen banget buktikan ke teman-teman kalau Bulan itu bukan anak bodoh, dan Bulan juga bisa mendapatkan teman seperti mereka” tuturnya sambil menutup buku yang ia baca.
“Bulan, kamu bukan anak bodoh. Kamu itu pintar, kalau gak kenapa Kak Mira minta kamu buat bantuin Kaka di sini” ujar Kak Mira sambil menatap Bulan.
“Terus kenapa mereka mengatai Bulan begitu Kak. Nilai Bulan juga gak terlalu jelek. Mereka juga senang sekali merendahkan Bulan” desaknya dengan nada serius.
“Sayang, jika mereka memperolok kamu balaslah dengan senyuman. Kakak yakin kamu bisa mengalahkan dan membuktikan kepada mereka kalau kamu bukanlah anak yang bodoh. Kalau Bulan mau setiap pulang sekolah Bulan menyempatkan waktu ke perpustakaan ya, nanti Kakak ajarin apa yang Bulan belum mengerti” jelas Kak Mira dengan melempar senyum.
“Boleh deh kak. Insya Allah Bulan usahakan mampir kesini terus” sahutnya dengan riang.
Dengan wajah riang Bulan pulang dan berharap malam ini ia bisa melihat sinar rembulan untuk bercerita tentang apa yang terjadi kepadanya hari itu.
Malam itu rumah terasa sepi dan ini bukan hal yang biasa. Ternyata keluarga Bulan sedang mengalami masalah keuangan. Itu bukan kali pertamanya, hal itu sudah biasa terjadi. Bulan perlahan berjalan menuju kursi yang ada di bawah pohon linden. Menatap gelapnya langit tanpa adanya sinar bintang yang memperindah. Rembulan pun tak nampakkan lagi sinarnya. “Rembulan kenapa hari ini kau sangat redup, ingin sekali aku bersembunyi dibalik sinarmu yang cantik nan indah itu agar tiada orang tahu tentang kesedihanku ini” ujar Bulan sambil menatap langit. Bulan nampak sedih karena saat ini dia gak bisa berbuat apa-apa untuk orang tuanya, selain ia belajar dan rajin menabung. Bulan cukup mandiri untuk anak yang duduk di bangku SMP.
***
Dua bulan sudah berlalu dan Bulan berhasil menyelesaikan Ujian Akhir dengan baik. Ia berharap kali ini mampu mendapatkan Rangking pertama dan dengan membuat kedua orang tuanya bangga melihatnya naik podium saat acara perpisahan.
“Bulan, Ujian kamu gimana?” tanya kakak Mira yang sedang merapikan buku.
“Alhamdulillah Kak, Bulan bisa menyeleseikannya dengan baik. Doakan saja ya kak, semoga hasilnya memuaskan” dengan tersenyum.
“Aamiin. Semoga hasilnya memusakan” jawab Kak Mira.
Sekarang Bulan jadi rutin dateng ke perpustakaan, waktu istrahat pun ia gunakan untuk bantu Kak Mira dan membaca buku di  perpustakaan. Kak Mira sudah seperti Kakaknya sendiri. Nasehat, saran dan kritik selalu Kak Mira berikan untuk memotivasi Bulan. Bulan anak yang baik, ia selalu mampu membungkus rapi rasa sedihnya dalam senyuman. Mampu mengubur tangisnya dengan tawanya. Membalut kekecewaannya dengan keriangangannya. Menyembunyikan lukanya dengan kebahagiaanya. Dan ia selalu pintar dalam bersembunyi di balik Sinar Rembulan.
***
Tiba waktunya acara perpisahan, acara yang ditunggu oleh Bulan. Berharap kali ini ia bisa naik podium berkat hasil kerja kerasnya. Saat pembacaan prestasi belajar, ternyata nama Bulan disebut sebagai murid berprestasi dengan rangking pertama. Rasa haru, gak percaya dan kaget menyelimuti hatinya.
“Bulan, Selamat kamu dapat rangking pertama” ucap Kak Bintang sambil memeluknya.
“Itu beneran nama Bulan Kak” tanyanya gak percaya.
“Iya itu beneran nama kamu, ayo cepet sana naik podium” ujar Kak Bintang meyakinkannya.
“Alhmdulillah. Bulan rangking pertama kak” tersadar dan memeluk kakaknya.
Bulan bergegas naik ke podium, dan senyum bahagia terlihat di wajahnya. Akhirnya Bulan mampu membuktikan bahwa rangking pertama mampu ia dapatkan dengan kerja keras. Asal ada kemauan yang keras apa yang kita impikan bisa kita wujudkan. Dan tak lupa niat, doa dan kerja keras. Semua teman-temannya heran dan gak percaya melihat Bulan yang selalu mereka perolok-olok kini naik podium dengan peringkat pertama.
“Selamat ya Bulan” ucap Kak Mira.
“Terima kasih ya Kak, ini juga karena bantuan kakak” ujarnya sambil memeluk Kak Mira.
“Kamu gak perlu memerlukan Sinar Rembulan lagi sayang, karena sinar itu sekarang terpanjar jelas di wajahmu” kara Kak Mira.
“Kakak, terima kasih banget ya” dengan harus dan tersipun ia memeluknya Kak Mira.
Bulan tak perlu lagi menanti sinar rembulan sambil duduk di bawah pohon Linden, karena sinar rembulan itu sudah ia dapatkan. Sinar itu ia berikan untuk kedua orang tuanya, ketiga saudaranya dan Kak Mira. “Bapak, ibu ini semua untuk kalian. Orang yang sangat berarti dalam hidupku” ucap Bulan.
***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Imah^^. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy