RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Tanpa Judul


Tiga bulan sudah berlalu, dan tak sedikitpun ada kabar tentang dia. Aku pun disini juga tak pernah jemu untuk menunggunya. Dan aku sadar bahwa aku terjebak dalam cinta yang dangkal, yang deritanya tak kunjung berakhir. Beberapa kali Bella, sahabat aku mengingatkan aku. Yang akhirnya kita jadi berdebat.
“Ayolah say, jangan naïf gtu kenapa” ucap Bella
“Mungkin aku emang terlalu naïf, tapi apapun itu aku tetap mau menunggu” kataku sambil menunduk
“Klo dia emang peduli sama kamu, dia pasti ngasih kabar ke kamu, bukan menghilang seperti ini kayak pecundang” seru Bella sambil mondar mandir di depanku
“Iya, dan aku yakin dia pasti masih peduli sama aku” belaku
“Shinta sayang, ini udah 3 bulan, peduli darimana coba” geram Bella
“Aku tau, tapi aku akan tetap menunggu selagi aku bisa menunggu, dan aku akan tetap bersabar selagi itu masih dalam batas toleransiku” jawabku denga n suara parau
“Shinta, kenapa sih kamu gak cari yang lain aja, mungkin dia disana lagi have fun sama yang lain, sedangkan disini kamu menunggu dengan keadaan yang menyedihkan” kata Bella yang membuatku semakin sedih
“Iya mungkin aku terlihat menyedihkan, tapi aku tak kan mendua ketika aku masih menjalin hubungan diangan dia, dan aku tak kan berpaling sebelum dia benar-benar memutuskan aku, dan andai pun dia selingkuh, biarlah dia yang seperti itu yang penting bukan aku” jawabku dengan isakan tangis
“Sayang, maaf bukan aku memojokan kamu, aku hanya gak ingin melihat kamu terus terusan seperti ini, masih banyak orang diluar sana yang sayang sama kamu, dan aku gak mau melihat kamu terjebak dalam cinta dangkal yang seperti ini” ujar Bella lembut sambil merangkulku
Aku tau, mungkin aku terllihat bodoh, dengan roman picisan yang seperti ini. Tapi aku bukanlah orang yang suka mendua ketika aku sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Andai kata aku berpaling, itu karena hubunganku sudah selesei. Kata-kata Bella memang ada benernya juga, jika dia perduli sama aku dia tak kan menghilang seperti pecundang.

Setelah perdebatan itu selesai, sorenya aku pergi ke taman, tempat dimana aku biasa menyendiri. Taman itu terletak di sudut kota terpencil ini. Aku duduk di kursi, sambil melihat orang lalu lalang melintas di sekitar taman. Sesekali aku menatap kosong kea rah kolam ikan yang ada di taman tersebut. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara orang yang menyapaku.
“Hai dek”
Aku kenal betul suara itu, suara Kak Rey.
“Hai juga” balasku, tak heran klo tiba-tiba kak Rey muncul disini, karena ia satu-satunya orang yang tau kebiasaanku disini.
“Kok ngalamun sih dek ?” tanyanya
“Hehehehe” ku cuma nyengir aja
“Jiah, mala nyengir, pasti lagi galau ya” tebaknya sok tau
“Gak juga kok” jawabku
“Masihkah kau menunggu?” tanyanya dengan sangat hati-hati
“Hmm, sepertinya begitu kak” jawabku pelan
“Mau sampai kapan sih dek menunggu?” tanyanya
“Aku juga gak tau kak, mungkin seminggu lagi atau sebulan lagi” jawabku ngasal
“Hmm, udah pasarah aja semuanya sama Tuhan, Tuhan pasti punya rencana besar dibalik semua itu” ujarnya seperti berusaha menenangkan aku
“Iya” kataku singkat
“Klo udah gak menunggu, ntar bilang kaka ya” ujarnya smbil nyengir
“Kenapa harus bilang ke kaka?”tanyaku sambil mengerlingkan alis
“Kan kaka suka sama adek” katanya nyante banget
“Hmm, terus apa hubungannya, kn dari dulu emang kaka sering bilang suka, karena Shinta kan adek kaka” kataku sedikit curiga
Emang dari dulu Kak Rey sering bilang suka ke aku, tapi aku piker itu wajar, karena kita udah kayak kakak beradik. Mungkin kata suka udah berates kali ia ucapkan kepadaku.
“Hmm, ini bukan sekedar rasa suka biasa dek, ingin banget aku menyanyangimu lebih dari sekedar adik, tp selalu saja kamu bilang udah punya pacar” ucapnya sambil menatap aku
Speechles, iya aku gak bisa ngomong apa-apa mendengar apa yang baru saja dia ucapkan. Ini bukan saat yang tepat, duh Tuhan aku mo ngomong apa coba.
“Maaf ya kak, klo sikapku bikin kaka jadi kecewa, sungguh aku tak pernah bermaksud seperti itu” kataku dengan penuh hati-hati
“Gak apa-apa kok dek, cinta yang dewasa tak harus memiliki” ujarnya sambil tersenyum
Duh, jadi gak enak sama Kak Rey, wah jangan-jangan dia emang udah suka sama aku dari dulu kali ya. Kata-katanya dia yang bilang “Akan selalu ada harapan, entah itu esuk, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan” apa itu maksudnya dia berharap sama aku. Makin galau nih jadinya.
“Dek, udah mo magrib, pulang yuk” ajaknya yang menyadarkanku dari lamunan
“oh, iya kak” jawabku
Aku pulang bersama kak Rey, rumah kak Rey gak jauh dari rumahku. Hanya berjarak 500 meter.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Imah^^. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy